Generasi Debat Kusir
Setelah bertahun-tahun mulut di sumpal secara paksa oleh sebuah rezim, akhirnya seluruh warga sebuah negara nun jauh disana bisa bernafas lega.
Ribuan mahasiswa tumpah ruah memadati sebuah gedung yang atapnya mirip kue dorayaki. Dengan gagah berani mengadapi barisan tentara bersenjata terhunus bak stormtrooper pasukan kebanggaan Darth Vader dalam epic Star Wars.
Setelah itu partai bermunculan bak jamur di musim ujan. Bila semula jumlah partai di pangkas hingga menjadi tiga biji, kemudian berkembang biak hingga puluhan. Partai berlogo pohon besar yang semula diberikan curahan kasih sayang oleh pemerintah, nasibnya "terpaksa" berubah.
Singkat cerita, beberapa tahun berikutnya pemerintahan berganti, teknologi semakin maju. Akhirnya sampai disebuah masa dimana media sosial (medsos) menjadi konsumsi wajib sebagian besar warga negara nun jauh disana. Setiap saat di di kantor, angkot, cafe, mata penduduk negara tersebut memandangi layar laptop, tab, atau telepon pintar dan mengecek aku medsos miliknya.
Fenomena menarik terjadi saat medsos mendominasi kehidupan manusia yang kekinian. Ranah politik, juga turut menggunakan medsos sebagai ajang kampanye dan menjatuhkan lawan politiknya. Berbagai trik dan intrik digunakan sang tohoh politik dan tim pendukungnya dalam perang status medsos.
Ada yang menggunakan isu keagamaan, suku dan ras. Ada juga yang menggunakan trik sinetron. Menjadikan dirinya sebagai orang yang teraniaya sehingga menarik simpati banyak pihak untuk medukungnya.
Terlepas dari semua itu, ada sebuah trend dari para pendukung politikus yang berniat jadi presiden, gubernur, walikota/bupati.
Perdebatan antar pendukung sang politikus, membuat hingar bingar medsos menjadi sangat luar biasa. Saling hujat dan mengagungkan pujaannya adalah hal yang biasa dilihat setiap hari di dinding timeline medsos. Seringkali perang medsos tersebut berakhir dengan debat kusir tak berkesudahan. Bahkan menimbulkan permusuhan hingga di kehidupan nyata.
Karena itulah saudaraku. Saat ini ada tiga jenis manusia yang tidak perlu diajak berdebat. Karena cuma buang waktu dan perdebatan itu adalah hal yang dikategorikan sebagai kesia-siaan dalam intelektualitas. Pertama adalah orang yang sedang jatuh cinta. Kedua adalah orang yang sedang marah luar biasa. Ketiga.... adalah pendukung fanatik calon presiden, gubernur dan walikota/bupati. Percuma mendebat mereka. Tokoh pujaannya selalu benar, lawan politiknya selalu salah ! Titik.
*theme song yang cocok untuk baca postingan ini... Adu Domba - Rhoma Irama and Soneta Group.. yihhhaaaa..
0 komentar :
Posting Komentar