Panama Paper Versi Anak SD
Karena saat ini lagi rame dan heboh tentang Panama Papers. Rasanya tangan jadi gatel juga pengen bikin tulisan yang rada mirip kasusnya dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang ditulis dalam dokumen tersebut.
Supaya asik, maka ceritanya kita sederhanakan dalam nuansa lokal. silakan dibaca
Bank Badu
Alkisah, tersebutlah seorang murid SD Inpres yang bernama Adul, berusia 8 tahun. Ia merupakan satu dari ratusan anak setingkat SD yang berada di sebuah perumahan KPR sebuah kota.
Setiap hari Adul diberi uang jajan Rp 5 ribu oleh ibunya. Sisa uang jajan tersebut, kemudian ditabungnya di celengan transparan yang disediakan ibunya dirumah. Ibu Adul juga setiap hari melakukan pengecekan terhadap celengan miliknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh teman-teman Adul dan ibunya.
Namun ada peraturan yang sengaja dibuat ibu-ibu di komplek perumahan itu untuk mengajari anaknya. Peraturan yang sebenarnya sangat bagus dan mendidik. Saat celengan tersebut penuh dan kemudian dibuka, ibu masing-masing anak kemudian memisahkan 40 persen hasil celengan tersebut. Tujuannya untuk disumbangkan sebagai Infaq di Masjid, Kolekte di Gereja dan sebagian lagi disumbangkan ke panti asuhan. Hmm.. sangat terpuji tujuannya.
Tetapi... eitsss... banyak juga anak yang merasa keberatan dengan peraturan yang dibuat oleh ibunya masing-masing. Ketika berkumpul dengan teman-temannya, Adul beserta aak-anak "badung" komplek KPR itu berdiskusi, bagimana agar uang celengan mereka tidak terlalu banyak di sisihkan untuk membayar infaq atau kolekte.
Tiba-tiba ada satu anak yang dikenal sebagai preman cilik, sebut saja Badu mencetuskan ide brilian. "Bagaimana kalau uang saya menyediakan banyak celengan di rumah, trus kalian mengisi celengan tersebut. Jadi bebas dari pantauan ibu kalian masing-masing. kalau dirumah saya dijamin aman. Soalnya ibu jarang dirumah," ujar Badu.
Ia kemudian memaparkan keuntungan bila menyimpan uang ditempatnya. "Pertama, uang kalian bebas dari pantauan orang tua masing-masing. Kedua, lebih aman karena saya benar-benar jaga kerahasiaan kalian. Untuk itu saya cuma minta uang jasa sebesar Rp 5 ribu dari jumlah uang Rp 100 ribu yang kalian miliki. setiap pengambilan uang juga dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 500. Cukup terjangkau bukan?" ujarnya.
Menurut Badu agar teman-temannya yakin uangnya aman, mereka kemudian membuat surat perjanjian yang ditandatangani diatas materai Rp 6 ribu. "Jadi kalo duit kalian saya bawa lari, kalian bisa laporkan saya ke Pulisi," ujar Badu tegas.
Singkat cerita selain Adul, beberapa anak lainnya tertarik dengan ide Badu. Mereka mulai menyimpan uang dicelegan Badu. Setiap transaksi penyimpanan uang dicatat oleh Badu berikut nama penyetor. Agar tidak curigai, anak-anak juga tetap menabung dirumahnya masing-maisng walau nominalnya kecil.
Lama-kelamaan uang anak-anak semakin banyak. Bahkan anak-anak yang menjadi klien Badu juga semakin banyak. Celakanya ada juga anak-anak yang menitipkan uang hasil memalak anak lain dan mencuri uang dari dompet ibunya.Mereka juga menyimpan duit "haram" tersebut dilayanan penyimpanan uang milik Badu.
Walau demikian Badu tidak peduli. Pasalnya ia bisa menikmati banyak uang jasa penyimpanan atawa biaya administrasi pengambilan. Tentunya ini bisnis yang asoy, ujar anak itu cengengesan
Setelah beberapa bulan, barulah anak-anak merasakan manfaat mengunakan jasa penyimpanan yang dilakukan Badu. Nilai tabungan mereka dirumah dibandingkan dengan menaruh uang di layanan jasa penyimpanan yang disediakan Badu jauh berbeda. Dirumah jumlahnya kecil, sehingga bila di potong 40 persen oleh ibunya dan kemudian disumbangkan ke tempat ibadah dan panti asuhan, anak-anak nakal ini tidak keberatan. "Hehehe, duit kecil ini," ujar mereka dengan nada licik.
Walhasil dengan uang yang disimpan ditempat Badu mereka bisa membeli mainan robot-robotan dan main game online sepuasnya.
Namun ada seorang anak, sebut saja Culun, yang merasa sakit hati lantaran pernah di palak oleh seorang penyimpan uang, berniat membalas dendam. Ia kemudian menyelidiki kemana uang hasil palakan anak nakal itu digunakan.
Dari hasil penyelidikannya, Culun mengetahui bahwa uang palakan anak-anak nakal tersebut sebagian disimpan mengunaka jasa penyimpanan uang milik Badu. Bahkan Culun juga mengetahui bahwa ada catatan transaksi keuangan antara Badu dan kliennya.
Saat Badu sedang lengah dan asyik bermain playstation, dengan mengendap-endap Culun mendekati rumah Badu. Culun akhirnya berhasil memotret catatan keuangan tersebut berikut celengan banyak anak yang tersimpan dikamar Badu.
Hasil penyelidikannya tersebut kemudian disebarnya kepada seluruh ibu-ibu di komplek perumahan KPR. Keruan semua ibu-ibu menjadi murka. Bahkan ibu Badu juga turut marah melihat kelakuan anaknya. Tetapi saat diserbu para ibu, dengan santai Badu menjawab hujatan tersebut. "Apakah yang saya lakukan salah? Saya cuma menyimpankan uang dengan upah sesuai negosiasi. Urusan dari mana uang tersebut didapatkan, saya tidak peduli. selain itu saya juga tidak pernah mencuri uang yang disimpan. Anak-anak bisa ambil uang sesukanya. Mereka hanya dikenakan biaya adminstrasi yang murah," ujar Badu membela diri.
-- Fin --
Nah dari cerita tersebut, muncul pertanyaan tersendiri. Apakah salah bila ada orang yang menyimpan uangnya dengan cara dibuatkan Offshore Companies di negara TAX HAVEN? Salah sendiri, kenapa ente punya negara pajaknya tinggi banget. Sudah persentase pajak yang tinggi, proses pembayarannya juga ribet.. hehehehehe
sebuah lagu tentang duit... ABBA - Money, Money, Money
0 komentar :
Posting Komentar